Beberapa motif disini pasti ada sudah pernah lihat, tapi tidak
apa-apa. Akan saya bahas sekaligus dengan maknanya, agar anda lebih familiar
ketika nanti bertemu dengan orang yang menggunakan batik dengan motif seperti
ini. Sekaligus anda akan mengetahui makna dari batik yang anda pakai.
Secara garis besar ada 3 jenis motif batik. Motif klasik,
pesisir dan kontemporer. Dimana ketiga jenis ini terbagi lagi berdasarkan
daerah asalnya, maknanya dan gambarnya.
Batik Klasik
Batik tradisional memiliki makna yang filosofis yang berasal
dari kepercayaan para pembuatnya, yaitu masyarakat Jawa. Batik seperti ini
memiliki keindahan secara visual dan secara filosofi. Umumnya batik ini
mengandung warna-warna gelap yang memancarkan wibawa dan
keseriusan.
Kumpulan motif klasik, umumnya didominasi warna cokelat.
Keindahan visual adalah rasa haru, rasa terpukau yang datang
dari panca indera pengelihatan manusia. Yang mana datangnya dari harmoni
perpaduan berbagai warna dan sususan berbagai bentuk.
Sedangkan keindahan filosofi adalah pemahaman akan pesan-pesan
yang ingin disampaikan melalui torehan-torehan pada sebuah karya. Yang
membentuk suatu arti atau lambang sesuai dengan pemahaman dan harapan
pembuatnya.
Daerah yang menghasilkan batik klasik adalah Solo, Yogyakarta,
Sragen dan Semarang. Berikut adalah motif-motif yang berasal dari beberapa
daerah tersebut.
Batik Sido Luhur
Sido dalam bahasa Jawa artinya “telah terlaksana” atau
“jadi”. Sehingga arti kasarnya adalah menjadi luhur. Ini mencerminkan sebuah
harapan bahwa pemakainya dapat mencapai kehidupan yang luhur, terhormat dan
bermartabat. Serta selalu sehat secara jasmani dan Rohani
Batik Sido Luhur
Batik Sido Mukti
Motif batik ini sering digunakan pada acara pernikahan. Makna
filosofis di dalamnya adalah kemakmuran, serta harapan agar seseorang dapat
mencapai kebahagian lahir dan batin.
Batik Sido Mulyo
Batik Sido Mulyo
Kalau tadi Sido Luhur itu artinya menjadi pribadi yang luhur,
maka Sido Mulyo adalah batik yang memberikan sebuah harapan agar seseorang
mencapai kemuliaan. Karena artinya adalah menjadi mulia.
Namun dibalik itu, batik ini sebenarnya dimaksudkan agar
seseorang mencapai harapan akan kemakmuran serta perlindungan. Batik ini juga
kerap digunakan dalam banyak pernikahan, dengan harapan kelak keluarga baru ini
akan menjadi keluarga yang sukses dan mendapatkan kemuliaan. Berat sekali
maknanya Bung!
Batik Sido Mulyo
Batik Cuwiri
Batik ini kerap digunakan untuk memperingati usia bayi dalam
kandungan yang sudah mencapai 7 bulan (Mitoni). Cuwiri itu artinya kecil-kecil.
Filosofi di dalamnya adalah harapan agar sejak kecil seseorang sudah memiliki
nilai-nilai kebaikan, sehingga dihormati oleh masyarakat.
Batik Cuwiri
Batik Kawung
Mungkin anda tidak tau apa itu buah Kawung. Kalau kolang-kaling
tau? Inilah asal muasal batik ini menurut beberapa sumber. Ada juga yang
berpendapat bahwa batik ini terinspirasi dari binatang Kwangwung atau yang
biasa disebut dengan kumbang tanduk.
Batik Kawung
Makna batik ini adalah sebuah penggambaran hati yang
bersih. Bahwa itikad dari hati yang bersih itu merupakan sebuah ketetapan
hati yang tidak perlu diketahui oleh orang lain.
Makna yang berasal dari filosofi buah Kawung, yang memiliki buah
berwarna putih bening didalamnya. Kalau mau tau lebih detail silahkan cek
artikel kami tentang batik Kawung.
Batik Tambal
Konon kisahnya, batik ini dapat memberikan kesembuhan bagi orang
yang sedang sakit. Filosofi batik ini adalah harapan agar seseorang yang sedang
sakit segera sehat, dan kerusakan pada dirinya dapat segera diperbaiki.
Maknanya juga berarti seseorang yang selalu memperbaiki diri
sendiri dan menjadi pribadi yang lebih baik lahir dan batin.
Batik Tambal
Batik Truntum
Batik ini juga merupakan sebuah batik yang kerap digunakan pada
acara pernikahan. Namun batik ini tidak digunakan oleh mempelai, melainkan
dipakai oleh orang tua kedua calon pengantin. Kenapa kira-kira?
Karena truntum sendiri artinya adalah menuntun. Sehingga
diharapkan orang tua kedua calon pengantin dapat memberikan tuntunan yang baik
kepada kedua mempelai dalam menjalani lembaran hidup baru keluarganya.
Batik Truntum
Batik Parang
Parang itu berasal dari kata pereng, yang berarti lereng. Saya sendiri selama ini mencoba mencari
mana sih bentuk parangnya? Ternyata yang dimaksud bukan senjata parang. Pereng menggambarkan garis menurun dari tinggi ke rendah secara
diagonal.
Batik ini memiliki pola seperti huruf S yang berkesinambungan.
Motif ini terinspirasi dari karang yang kokoh diterpa ombak, melambangkan
semangat yang tidak pernah padam. Motif ini juga melambangkan kekuasaan.
Batik Parang
Jaman dulu, motif batik Parang tidak boleh digunakan oleh
sembarang orang. Hanya para anggota kerajaan dan kerabat yang boleh memakainya.
Besar dan kecilnya motif parang menandakan kedudukan sosial pemakainya di dalam
lingkungan kerajaan. Keren banget ya?
Kalau anda lihat, batik parang milik Sir Thomas Stamford Raffles
itu bermotif Parang dengan ukuran besar-besar. Wah, berarti Mas Raffles sudah
merupakan orang terpandang di lingkungan kerajaan Jawa saat itu.
Jenis batik Parang ada beberapa. Ada Parang Rusak, Parang
Barong, Parang Kusumo dan lain-lain. Tergantung dari daerah asalnya.
Batik Grompol
Grompol dalam bahasa Jawa bisa bermaksud berkumpul atau menjadi
satu. Seperti Gerombol. Filosofi dibalik motif batik ini adalah harapan orang
tua terhadap anaknya, dimana semua hal yang baik dapat berkumpul. Seperti
kebahagiaan, rejeki, kerukunan dan ketentraman.
Batik Grompol
Apabila digunakan pada sebuah pernikahan, maka batik Grompol ini
melambangkan harapan agar keluarga yang baru terbentuk dapat selalu terus
bersama dan bersatu. Selalu mengingat keluarga asal mereka kemanapun mereka
pergi.
Batik Pesisir
Batik Pesisir berbeda dengan batik klasik. Batik jenis ini lebih
bebas dari segi motif, tidak kaku. Dari segi warna, batik Pesisir lebih
warna-warni dari batik klasik. Melambangkan kemandirian dan jiwa yang
penuh dengan kebebasan. Hal ini disampaikan dalam bentuk motif dan warnanya.
Warna dan gambar yang ditorehkan pada batik pesisir lebih cerah,
lebih mencolok, lebih berani dibanding batik klasik. Berikut adalah beberapa
contoh batik pesisir.
Batik Lasem
Batik ini sering disebut-sebut sebagai batik encim. Memang di
Lasem banyak sekali penduduk orang Tionghoa. Lasem adalah sebuah kecamatan di
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Tempat ini berbatasan dengan Laut Jawa Utara.
Batik Lasem
Lasem dikenal dengan sebutan “Tiongkok kecil” karena merupakan
sebuah kota awal pendaratan orang Tionghoa di tanah Jawa.
Konon katanya, warna merah pada batik Lasem tidak dapat ditiru
oleh pengrajin batik dari daerah lain. Karena disana menggunakan olahan kulit
mengkudu yang dicampur dengan kayu untuk menghasilkan warna merahnya.
Dulu, batik Lasem hanya digunakan oleh wanita keturunan Tionghoa
yang sudah berusia lanjut. Pengaruh bangsa Cina sangat kental terasa pada batik
Lasem, dari warna merah, sampai gambar Naga, Phoenix dan huruf-huruf Cina.
Sungguh indah sekali batik Lasem ini.
Batik Cirebon
Ciri khas batik dari Cirebon adalah motif Megamendung, atau bisa
juga disebut awan-awanan. Motif Megamendung adalah hasil akulturasi budaya
Tiongkok yang dikembangkan seniman batik Cirebon sesuai dengan selera
masyarakat Cirebon yang mayoritas beragama Islam.
Batik Megamendung
Batik Cirebon mulai berkembang ketika pelabuhan Muara Jati
menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berasal dari Tiongkok, Arab,
Persia dan India. Pernikahan antara Sunan Gunung Jati dengan putri Ong Tien
merupakan peristiwa yang mengawali akulturasi budaya Tiongkok dan budaya Jawa
Keraton.
Dulu sekali, motif megamendung ini hanya digunakan oleh anggota
Keraton saja. Sekarang sampai karyawan sampai anak sekolahpun boleh pakai.
Batik Belanda & Eropa
Para penjajah Belanda memiliki pengaruh yang kuat pada motif
batik pesisir. Contohnya adalah motif batik Little
Red Riding Hood yang mana motif ini
menggambarkan cerita folklor dari Perancis, dan pada masa itu disukai oleh para
penajajah Belanda. Batik ini populer pada tahun 1840 – 1940 di Indonesia.
Batik Red Riding Hood
Ternyata orang Eropa itu suka sekali lho dengan batik. Sir
Thomas Stamford Raffles yang berasal dari Inggris tertarik sekali dengan budaya
batik sampai-sampai ia mengirimkan banyak sekali kain batik ke Inggris untuk
dibuat secara massal.
Namun istilah batik Belanda sendiri terlahir karena seorang
wanita yang bernama Carolina Josephina Franqemont, seorang perempuan keturunan
Indonesia dan Belanda. Desain khasnya yang disukai oleh masyarakat Eropa
umumnya bermotif karangan bunga dan dongeng Eropa.